apa ya

halo sekalian. hari ini h-2 bulan syawal yang artinya pasti orang-orang lagi ribet-ribetnya ngurusin persiapan untuk lebaran. and so iam.. gue juga sibuk beli ini beli itu buat suguhan lebaran. kesini kesitu buat ngurusin keperluan. Belum lagi ngurusin rumah yang masak air masak nasi nyapu ngepel beli lauk sayur lah. Ya gimana lagi, kalo nggak gue siapa lagi yakan? tapi tuh, gimana ya. belakangan gue jadi mikir sesuatu. apa itu? yaitu posisi perempuan. Gue adalah perempuan dengan banyak mimpi dan keinginan. Gue adalah perempuan dengan banyak hasrat akan kehidpan dan mendewakan sebuah kebebasan. Singkatnya, gue adalah seorang perempua dengan ego yang sangat besat. Kenapa? karena selama ini gue tumbuh sendiri. Maksudnya adalah selama ini gue tumbuh atas inisiatif gue sendiri. Arah mana yang mau gue tuju, hal apa yang sebaiknya gue lakuin, memisahkan hal baik dan buruk atas kemampuan gue sendiri dan yang butuh di garis bawahi disini adalah tanpa campur tangan orang lain, even orang tua gue sendiri. Jadi kesimpulannya adalah, gue terbiasa melakukan hal-hal yang menurut gue bener, semau gue, secara gue, seenak gue aja gitu. Thats why yang membuat ego gue jadi tumbuh segede gaban. No one can change my decision, especially from the deepest of my heart. No one can ruin my tenet bout something. Tapi kenyataannya gue harus bisa mati-matian berkompromi dengan itu suatu saat nanti karena gue akan menikah. Iya kan? dan dalam pernikahan itu posisi perempuan sangat sentral banget. Gue bukan penganut patriarki, tapi gue sadar diri posisi perempuan emang ngga seharusnya lebih tinggi dari laki-laki. I mean, lo tahu istilah kodrat? lo nggak bisa melawan kodrat lo sebagai perempuan dengan alasan feminisme. Contohnya, perempuan nggak harus bisa masak..ya its oke. Hal itu seharusnya jadi hal personal aja nggak usah lo bawa-bawa feminisme kan? maksudnya tuh, kenapa sih lo mati-matian memperjuangkan perempuan nggak harus bisa masak untuk berada dalam sebuah ikatan pernikahan? lo tuh cuma bela perempuan dengan pola pikir sebangsa lo doang. Perempuan emang bebas mau bisa masak atau enggak, tapi menerut gue adalah perempuan ya perempuan gitu. Dengan sikap keibuannya, dengan sikap lemah lembutnya.. itu kodrat perempuan. Dan kenapa perempuan dan laki-laki itu dipasangkan? ya karena pas. Perempuan lembut sedangkan laki-laki keras. Thats all. Oke gini, kita bahas pernikahan kan ini? Jadi dalam pernikahan itu yang paling penting apa sih? Kompromi dan komunikasi. Komunikasi pasti udah pada paham kan.. nah kalo kompromi? kompromi ya kompromi, kalo perempuan nggak bisa masak ya kompromi untuk belajar masak. Kalo laki-laki ya kompromi dengan duitnya dia yang kemudian dibagi-bagi. Laki-laki juga kompromi dengan tanggung jawab dia yang semakin gede. Jadi? ya nggak ada jadinya. Intinya gitu ajalah, tapi... jujur aja perempuan emang punya sedikit kesempatan dari pada laki-laki.Contohnya, perempuan nikah diatas umur 25 aja udah dibilang perawan tua sedangkan laki-laki masih aman-aman aja. Kesempatannya dimana? di waktu sayang. Perempuan hidupnya seolah dikejar deadline. Gini, misalkan gue nih lulus kuliah umur 22.. dan kalo mau dipatok nikah umur 27 tuh itungannya gue masih punya 5 tahun waktu untuk menggapai mimpi-mimpi gue. Kenapa harus 5 tahun? emang setelah nikah nggak bisa? ya bisa.. tapi kurang maksimal karena waktu kita akan dibagi-bagi buat diri sendiri dan keluarga. Dan sekarang laki-laki? agak longgar kan.. laki-laki nikah umur 35 aja kayanya masih biasa-biasa aja kan. jadi itungannya laki-laki masih punya banyak waktu untuk mengejar mimpi-mimpi dia. Oke kembali ke diri gue. Gue bilang gue adalah wanita dengan banyak mimpi dan ego yang besar. Gue punya keinginan nikah umur 27 jadi sejak kewsudaan gue, gue punya waktu 5tahun untuk ngejar karir. Cukup? enggak lah. Jadi? jadi gue nggak tau. Gue nggak tau apakah gue akan beneran nikah umur 27 atau bahkan mundur buat ngejar karir. Coy gue tuh kalo bicara soal pernikahan rasanya takut banget. Gue takut gue nggak bisa kompromi sama keadaan. Gue takut gue nggak bisa kompromiin ego gue. Gue tahu sih nikah itu bukan soal umur dan orang yang tepat aja. Tapi nikah itu juga soal siap atau nggak siap lo dalam bekerja di sebuah hubungan pernikahan seumur hidup. Gue takut kebebasan gue sebagai perempuan terenggut. Gue takut jalan gue untuk mengejar mimpi-mimpi gue tertutup. Terlebih itu gue takut nggak bisa kompromi ego lalu gue gagal dalam pernikahan. Gue takut nyakitin suami gue kelak. Gue takut nggak bahagia. Gue punya dua trauma terbesar dalam hidup gue. Pertama, gue trauma sama kegagalan rumah tangga. Kedua, gue trauma sama depresi. Dan dalam pernikahan, gue bisa aja dapat kedua hal itu. Its like double killer broooh buat gue. Kadang gue mikir apa gue nggak nikah aja ya? terus ngangkat anak.. tapi kalo gue begitu pasti bapak gue sama ibu gue bakal sedih banget. Beneran gue bingung. Padahal calon juga belum ada tapi.. ah shit. Gini, kalo misal besok gue bakal nikah sama orang, gue sangat berdoa sama tuhan tolong jangan sampai pernikahan gue gagal. Gue nggak mau anak gue jadi kayak gue begini. Gue nggak mau anak gue nggak percaya sama cinta dan hubungan. Gue nggak mau buat hidup anak gue kelak sengsara. Ya tuhan...................

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The shade

Kamu yng kasih tinggal kasih-kasih tinggal

Macul